Suatu ketika guru Zen Foyin minum the bersama su dongpo,
seorang pejabat tinggi dan juga penyair di sebuah kedai makanan. Anehnya
seorang pelayan di kedai tersebut melayani keduanya secara berbeda. Guru Zen dilayani
layaknya pelanggan pada umumnya, sedangkan su dongpo dilayani secara istimewa.
Su dongpo merasa kurang nyaman diperlakukan istimewa seperti itu. Ia pun
berkali kali mendesak pelayan tersebut agar mao memberikan pelayanan istimewa
juga kepada guru zen. Namun pelayan itu sama sekali tidak menanggapi
desakannya. Usai minum the, guru zen membayar sesuai harga minuman yang sudah
dipatok kedai tersebut. Tetapi sebelum beranjak pergi, guru zen dengan sikapnya
yang ramah menyempatkan diri memberikan uang tambahan atau sering disebut uang
tip kepada pelayan yang melayani nya tadi.
Tak urung sikap guru zen mengundang Tanya dalam benak su
dongpo. :Ehmm, sikap pelayan tadi kurang baik bukan?” Tanya su dongpo ragu. “
ya betul. Boleh dibilang sikapnya terlalu materialistic dan kurang
menyenangkan,” kata guru zen merinci. “ lalu kenapa guru member tip kepadanya?”
sergah su dongpo bingung. Guru zen tersenyum, kemudian berkata singkat dan
tegas, “ kalau memang dia seperti itu, lalu mengapa harus dia yang menentukan sikap
saya?”
Moral of The Story:
orang lain bebas memilih sifat yang mereka sukai. Kita pun
bebas merespon sikap yang mereka tunjukkan terhadap kita. Entah dengan sikap
senada, positif atau negative, semuanya terserah kita. Tetapi akan lebih baik
kita tidak terpancing dengan untuk merespon dengan negative atau amarah bila
mendapatkan perlakuan negative.
Jangan biarkan orang lain menentukan sifat kita. Ketika
kehidupan memberikan sebuah lemon, peraslah dan nikmati jus lemon. ;p
No comments:
Post a Comment