Lotus

Lotus

Monday, June 18, 2012

Omelan Mama

Omelan Mama

by Danny Liangga
Omelan Mama
Malam itu Nenek tersenyum kepadaku, disaat aku sedang diomelin Mama di meja makan.

Aku lagi bĂȘte, dipaksa menghabiskan sayuran yang masih tersisa.
Uhh gak banget dilidah ku pokoknya, dan dengan wajah jeruk purut kuhabiskan juga itu sayuran sambil membanting sendoknya pertanda kesal. Setelah itu aku ingin baca komik saja, tapi belum sempat aku meraih komik kesayangan ku, tiba-tiba Nenek menyodorkan sebuah buku album yang kelihatannya sudah jadul tapi terawatt rapi banget.

Penasaran, maka aku pun membuka itu album dan melihat-lihat foto didalamnya. Eh..ternyata ada yang mirip Mama haha…ternyata memang foto Mama sewaktu kecil dan bersama Nenek, tapi Mama & Nenek kelihatan kurus sekali, ceking..Aku sampai sedih banget lihat foto Mama yang waktu masih kecil, kasihan banget rasanya ngelihat Mama yang kurus banget pada saat itu. Setelah aku puas lihat-lihat semua fotonya Aku mulai mengajukan pertanyaan pada Nenek, dan sepertinya dia memang sudah menunggu Aku bertanya. Yah..Nenek memang sudah tahu Aku akan bertanya kenapa Mama& Nenek kurus banget waktu itu? Trus Nenek bercerita….

Pada saat itu, kondisi ekonomi memang sulit sekali. Nenek hanya punya sebuah mesin jahit buat cari makan dan menyekolahkan Mama mu, rasanya berat sekali, hampir tidak mungkin menjalani hidup. Melewati satu hari rasanya berat sekali, punya nasi tapi tak punya lauk dan sayur, dan lebih pusing lagi kalau tak punya uang beli beras, masak bubur pun tidak bisa. Tiap ada pelanggan, baru bisa makan lebih kenyang. Nenek langsung beli pecel sebungkus sebagai sayurnya dan Kamu tahu wajah Mama mu ceria sekali di meja makan. Dia makan dengan lahap dan senang sekali hari itu bisa makan yang kenyang. Yah..Nenek memang tak bisa menyediakan makanan yang bergizi dan cukup saat itu, kadang hanya makan seadanya saja. Ibu mana yang tak kasihan melihat anaknya kurus ceking tak cukup makan. Ada suatu ketika disaat kami hanya makan bubur pakai kecap saja, Mama mu hanya diam dan makan dengan lahap, dia anak yang baik, tapi sepintar-pintarnya dia menyembunyikan rasa laparnya, Nenek tetap tahu. Tengah malam Mama mu bangun dan bertanya masih adakah sisa bubur? Nenek hanya bisa memeluk tubuhnya yang ceking itu erat-erat sambil menangis.

Air mataku mengalir ketika mendengar cerita Nenek, dan pada saat itu juga aku berusaha dan belajar untuk tidak menyia-nyiakan makanan, mau enak atau tidak, akan aku habiskan semuanya..

Moral of The Story:


Jangan memulai makan dengan kata “Aduh..” di meja makan.. Cukup diam dan bersyukur dalam hati apa pun itu yang di meja makan, makanlah dengan syukur. Karena setiap ucapan atau keluhan yang keluar di meja makan adalah seperti doa kepada Tuhan atas ketidak bersyukurnya kita akan rezeki pada hari itu.

Jangan pasang wajah kesal dan kecewa saat makan, karena pada saat itu kamu masih bisa makan. Karena wajah seperti itu lebih layak kepada mereka yang seharian belum makan dan tidak punya uang membeli makanan.

Lidah dan bibir ini begitu manja, begitu sombong. Hati-hatilah padanya, ia yang tak terlatih akan amat sombong dan manja memilih-milih makanan, ia tak’kan tahu arti sebuah usaha, ia tak tahu jerih payah mendapatkan rezeki, ia tak tahu betapa beruntungnya dirinya atas makanan yang tersaji di meja makannya. Namun Lidah dan bibir ini suatu saat akan meraung-raung, merintih kelaparan yang luar biasa, dan merindukan apapun makanan yang tersaji..apapun…yang basi sekalipun akan menjadi makanannya, yang kotor sekalipun akan menjadi makanannya..Lihat ia yang awalnya begitu pemilih dan sombong pada akhirnya akan menjadi hina juga.

No comments:

Post a Comment